1. Ciri-ciri kepribadian menurut Gordon W. Allport :
- berkembangnya kebutuhan sosial psikologis, rohani, dan arah minat, yang menuju pada pemuasan ideal dan nilai-nilai sosial budaya melampaui kebutuhan biologis atau hawa nafsu, pribadi yang matang mampu mengendalikan dorongan biologis dan hawa nafsunya sehingga pemuasannya dengan norma-norma sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat
- kemampuan mengadakan instrospeksi, merefleksikan diri sendiri, memandang diri sendiri secara objektif dan kemampuan untuk mendapatkan pemahaman tentang hidup dan kehidupan.
- Kepribadian yang matang selalu memiliki sifat hidup yang utuh, walaupun mungkin bukan berasal dari filsafat agama atau kurang terolah dalam bentuk bahasa.
3. Motivasi beragama :
- Motif Intrinsik (dalam diri)
Makna dari motif intrinsik adalah bahwa motivasi atau dorongan untuk beragama itu berasal dari dalam individu itu sendiri dan berguna untuk terapi kesehatan mental. Karena kesehatan mental adalah kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan, tenang, aman dan tentram dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dan ini dapat dilakukan dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan sehingga dengan itu seseorang akan termotivasi untuk beragama dengan baik dan benar.
- Motif Ekstrinsik (luar)
Motif ini diakibatkan pengaruh era global yang memberikan perubahan besar pada tatanan dunia secara menyeluruh. Dikala itu manusia dihadapkan kepada peradaban-peradaban umat manusia. Disisi lain manusia dihadapkan kepada malapetaka sebagai dampak perkembangan teknologi dan kemajuan modernisasi dalam kondisi seperti itu manusia akan mengalami konflik dan kegoncangan batin sehingga dapat mempengaruhi motivasi seseorang dalam beragama.
4. Jelaskan peran penting agama dalam kehidupan individu dan masyarakat, disertai contoh yang bersifat real.
A) Peran agama dalam kehidupan individu
1. Berperan sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu, norma-norma tertentu. Norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya.
2. Berperan memberi pengaruh terhadap individu baik dalam bentuk sistem nilai, motivasi, maupun pedoman hidup, dan pengaruh yang paling penting adalah sebagai pembentuk kata hati atau panggilan kembali manusia pada dirinya (Fromm. 1988 : 110).
3. Berperan sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktifitas.
4. Memberi harapan bagi pelakunya akan pengampunan dan kasih sayang dari Tuhannya.
Contoh :
- Ketika seorang berbuat baik, berkata jujur, suka menolong, itu semua karena dorongan dari dirinya sesuai dengan nilai-nilai agama yang telah diketahuinya.
B) Peran agama dalam masyarakat
1. Edukatif
Yaitu memberikan ajaran-ajaran yang harus di patuhi
2. Penyelamat
Yaitu keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dunia dan akhirat.
3. Pendamai
Rasa berdosa dan bersalah akan segera hilang dari batinnya apabila seorang pelanggar tekah menebus dosanya dengan bertaubat.
4. Sosial control
Agama berfungsi sebagai pengawas sosial, baik secara individu mampun kelompok, karena agama merupakan norma.
5. Pemupuk rasa solidaritas
Para penganut agami memiliki kesamaan dalam satu kesatuan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam individu maupun kelompok.
6. Transformatif
Mengubah kehidupan seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
7. Kreatif
Ajaran agama juga mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif dan kreatif.
8. Sublimatif
Segala perubahan yang tidak bertentangan dengan norma agama apabila dilakukan dengan tulus karena Allah itu merupakan ibadah.
Contoh :
- Seorang warga masyarakat yang patuh terhadap norma-norma yang ada, dan bisa bersosialisasi dengan warga yang lain dengan baik, karena di dalam agama juga terdapat nilai dan norma seperti itu.
6. Faktor yang mempengaruhi perilaku remaja yang cenderung jauh dari kehidupan keagamaan yang kuat, diantaranya :
- Faktor Intern
- Faktor-faktor intern pada diri si anak seperti rendahnya intelegensia si anak, terlalu sensitif terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan yang diterima anak melalui berbagai macam media yang justru kenyataannya sering menunjukkan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang kontradiksi.
- Faktor Ekstern
1) Faktor keluarga
- Minimnya perhatian dari orang tua terhadap anak seolah-olah orang tua cuek terhadap perilaku anak sehingga anak dapat kebebasan untuk berbuat apa saja.
- Minimnya kewibawaan atau teladan dari orang tua untuk anak.
- Ekonomi keluarga yang relatif lemah, sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan perlengkapan pendidikan bagi anaknya.
2) Faktor lingkungan
- Faktor pergaulan (teman). Teman yang nakal atau tidak berperilaku sesuai aturan agama bisa mudah mempengaruhi anak untuk ikut menjadi anak yang nakal pula.
- Faktor lingkungan yang kurang kondusif. Misalnya saja jarang anak yang berperilaku baik jika berada dilingkungan terminal.
8. Faktor-faktor yang melatarbelakangi seseorang melakukan konversi agama :
- Menurut para ahli agama, faktornya adalah petunjuk ilahi.
- Menurut paa ahli sosial, faktornya adalah pengaruh sosial, diantaranya :
1. Pengaruh hubungan antara pribadi
2. Pengaruh kebiasaanyang rutin
3. Pengaruh anjuran/propaganda dari orang-orang yang dekat.
4. Pengaruh pemimpin keagamaan
5. Pengaruh perkumpulan yang berdassarkan hobi.
6. Pengaruh kekuasaan pemimpin
- Sumber lain menyebutkan ada dua faktor yaitu intern dan ekstern.
1. Faktor Intern
- Kepribadian dan pembawaan
2. Faktor Ekstern
- Faktor keluarga
- Lingkungan tempat tinggal
- Perubahan status
- Kemiskinan
7. Hubungan psikologi agama dengan mistik.
Hubungan psikologi agama dengan mistik yaitu sebagaimana halnya mistisisme, tasawuf yang bertujuan untuk memperoleh hubungan langsung dan didasari dengan Tuhan. Intisarinya adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan mengasingkan diri. Tapi menurut Machnun Husen (200 : 219-239) mengemukakan bahwa arti penting mistisisme bagi psikologi amama adalah merupakan rangsangan kreatif dalam pemikiran keagamaan.
Memang mistik sangat dekat dengan kehidupan kita, tapi sebagai manusia yang beriman kepada Allah SWT, kita harus menyikapi fenomena ini dengan cerdas. Kita harus melakukan hal-hal yang wajar saja yang sesuai dengan Al Qur’an dan sunah-sunahnya saja, jangan sampai berlebihan dengan melakukan hal-hal yang berbau mistik, tapi kita cukup mengimani saja berkaitan dengan hal-hal yang ghoib.